Destined To Be Great

Monday, October 12, 2009

Bersatu Kita Teguh, nah kalo bercerai kita ...

Ada suatu film yang sangat berkesan buat saya, sebuah film yang bercerita tentang pasukan Spartan berjumlah 300 orang, yang berhasil membuat musuh yang berjumlah puluhan ribu menjadi kalang kabut dan membangkitkan semangat orang-orang lain yang akhirnya juga menjadi bangkit dan berani melawan musuh...

Film itu berjudul '300' memperlihatkan kepada saya bagaimana kesatuan dan kerjasama team yang solid menjadi suatu kekuatan yang besar yang bisa menghadapi musuh yang tak terhitung banyaknya.

Dalam pembicaraan dengan teman saya terkasih, yang cantik, yang begitu cinta dan takut akan Tuhan dalam kehidupannya, saya bertukar pikiran dengannya, bahwa seringkali komunitas menjadi hancur karena mudahnya kesatuan itu dipecah belah, dihancurkan.

Dalam perjalanan saya mengenal Tuhan, sejak dari SMU dengan umur 17 tahun sampai sekarang, saya sudah kenyang sekali dengan masalah perpecahan atau minimal perselisihan di gereja. Melihat bagaimana didalam gereja yang seharusnya saling mengasihi, tetapi yang terjadi mereka membanting microphone ketika pendapatnya tidak didengarkan, atau melihat bagaimana satu kelompok berusaha memojokkan dan menghancurkan orang yang mereka tidak sukai didalam gereja. Miris melihatnya, tapi itulah fakta yang terjadi.

Perpecahan itu selalu muncul ketika kita merasa berbeda. Paling tidak itu yang coba digambarkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (1 Korintus 1:10-17) . Dalam perbedaan kita kemudian membuat golongan dan dalam golongan-golongan tersebut kita mulai mempermasalahkan perbedaan kita satu sama lain, menaruh prasangka-prasangka dan mulai mengeluarkan perkataan-perkataan yang menjadi benih perpecahan dalam sebuah komunitas.

Lalu bagaimana supaya kita tidak menjadi orang-orang yang terlibat bahkan memicu adanya perpecahan?? Setidaknya ini yang saya coba praktekkan dalam diri saya dan komunitas saya.

.: BELAJARLAH UNTUK TERUS KONSISTEN MEMBANGUN KEHIDUPAN ROHANI :.
Christianity is not a set of rules, it is a relationship with the ruler maker

Bukan masalah berapa banyak saudara datang ke gereja, sibuk dengan banyaknya pelayanan, tetapi bagaimana kita membangun hubungan kita dengan sang Pencipta yang menyelamatkan kita. Karena sesungguhnya disinilah fondasi dari kedewasaan dan kekristenan yang benar dimulai.

Saya mengamati bahwa ketika saya tidak bisa menjaga hubungan saya dengan Tuhan, biasanya saya akan lebih mudah terpancing dengan hal-hal yang buruk. Seolah-olah seperti tidak ada rem bagi saya.

.: BELAJARLAH MENGHARGAI PERBEDAAN :.
Kedewasaan seseorang dapat diukur bagaimana mereka meresponi perbedaan yang ada disekeliling mereka. Hanya orang-orang dewasa sajalah yang mengerti bahwa setiap orang berbeda dan perlu belajar menjadi satu dalam perbedaan.

Dalam I Korintus 12:12-31Paulus menjelaskan banyaknya anggota dalam satu tubuh. Seharusnya mereka saling mendukung satu sama lain, bukan menjatuhkan. Karena masing-masing anggota memiliki fungsi yang membuat tubuh berfungsi dengan baik, dan ketika tubuh berfungsi dengan baik, maka sesungguhnya anggota-anggota juga akan mendapatkan dampak yang baik juga.

Ada satu tulisan yang saya suka tentang menghargai perbedaan kira-kira begini :

We all come in different SHAPES and SIZES.
(Kita datang dengan bentuk dan ukuran yang berbeda)
We all have STRENGTHS and weaknesses.
(Kita semua memiliki KEKUATAN dan kelemahan)

What's right for one person may not be right for another.
(Apa yang dipikir benar oleh seseorang belum tentu benar menurut yang lain)
There are things that are important to me, that you don't care about at all!
(Ada hal-hal yang penting bagi saya, tapi anda tidak perduli sama sekali)

And sometimes your behavior doesn't make any sense to me.
(Kadang kala tingkah lakumu tidak masuk diakal saya)
But I want for us to understand each other, and communicate well,
(Tapi saya ingin kita mengerti satu sama lain dan berkomunikasi dengan baik)
because we live together in the same world.
(Karena kita hidup di dunia yang sama)

I know I can't expect you to want the same things that I want.
(Saya tahu saya tidak dapat berharap kamu menjadi persis yang saya inginkan)
We are not the same person, so we will not always see things the same way.
(Kita berbeda, jadi kita tidak akan selalu melihat sesuatu dengan cara yang sama)

I have my own Thoughts and my own Ideas,
(Saya memiliki pikiran-pikiran dan ide-ide saya sendiri)
that may or may not fit into your vision of who I should be.
(Yang mungkin tidak sesuai dengan visi anda tentang siapa seharusnya saya)

By learning more about my own Personality, and about other Personality Types,
(Dengan belajar tentang personality saya dan orang lain)
I can come to a better understanding of my strengths and weaknesses.
(Saya bisa mendapat pengertian yang lebih baik tentang kekuatan dan kelemahan)
I can improve my interpersonal relationships, realign my expectations towards others,
(Saya bisa mengembangkan hubungan saya dengan orang lain, menata harapan saya terhadap orang lain)
and gain a better self-knowledge that will help me define and achieve goals.
(dan memperoleh suatu pengetahuan diri yang lebih baik yang akan menolong saya untuk mendifinisikan dan mencapai tujuan saya)
[source]

Sejak memahami bahwa orang itu berbeda, saya belajar menghargai perbedaan karena dengan perbedaan itu sebenarnya kita saling melengkapi!!

.: BELAJARLAH UNTUK TIDAK MENGHAKIMI :.


Menghakimi adalah sesuatu yang seringkali secara sadar atau tidak sadar sering kita lakukan kepada orang lain.

Kapan kita mulai menghakimi? Ketika kita melihat seseorang kemudian kita tidak suka dan mulai menempelkan label-label tertentu kepadanya dan mulai mempercayai bahwa orang tersebut seperti yang kita labeli tadi.

Yang lebih jahat lagi, biasanya penghakiman tidak kita simpan sendiri. Kita akan mulai membicarakannya dengan orang lain untuk mencari "peneguhan" dan hasilnya kita akan semakin memusuhi orang dan suasana di komunitas menjadi tidak baik.

Ada bbrp kebenaran yang perlu kita pahami tentang Penghakiman

“If you judge people, you have no time to love them.”-Mother Theresa


Saat waktu kita diinvestasikan untuk sibuk menghakimi, otomatis kita tidak ada waktu untuk mengasihi orang lain. Saat kita tidak ada waktu untuk mengasihi maka hati kita tidak akan ada kasih. Saat tidak ada kasih disitulah segala benih-benih perpecahan akan mulai tumbuh subur dihati yang tidak memilki kasih.
!Kebenarannya: Kasih itu menutupi banyak sekali dosa.

“When you judge another, you do not define them, you define yourself.” - Wayne Dyer
Menghakimi tidak menunjukkan kejelekan orang lain. Itu menunjukkan bagaimana kualitas hati kita yang sesungguhnya!
!Kebenarannya = Perkataan kita berasal dari hati kita. Kualitas hati kita dilihat dari apa yang muncul dari perkataan kita.

“Make no judgements where you have no compassion.”
Kapan kita boleh memberikan penghakiman (baca: penilaian)?? Saat kita memiliki Compassion tentang orang yang kita hakimi. Compassion adalah rasa belas kasih, ini muncul terhadap orang lain karena kita mengasihi dia. Sehingga kita tidak hanya sekedar memberikan penilaian tetapi juga punya kesediaan untuk menolong orang tersebut untuk berubah.

Saya sendiri memiliki suatu prinsip seperti ini, If we stop to jugde other, we will start to understand, and God can use us to change others life.

.: BELAJARLAH MEMBANGUN ATMOSFIR YANG POSITIF :.
Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Kata membangun itu berarti perlu ada usaha. Seandainya kita adalah sekumpulan tanaman yang ditanam disuatu ladang, maka kita membutuhkan ladang yang baik untuk membuat kita menjadi tanamanan yang sehat dan menghasilkan buah-buah yang banyak.

Karena itu perlu usaha bagi setiap kita untuk membuat ladang dimana kita ditanam menjadi subur. Kalau ladang itu subur bukan orang lain yang mendapatkan hasil yang terbaik, melainkan kita sendiri.

Benihnya adalah semua yang benar, adil, suci, manis dan sedap didengar, yang disebut kebajikan jadikanlah taburan di komunitas kita.

Agar lingkungan kita menjadi positif, mari bangun diri kita menjadi positif, karena itu yang akan kita tularkan kepada lingkungan kita.
Tipsnya menurut Norman Peale, penulis buku The Power Positive Thingking adl sebagai berikut:

1. Dengan mengucapkan hal-hal positif ketika berdialog dengan diri sendiri, seperti : “Saya pasti bisa melakukan dan menyelesaikan pekerjaan saya.” Dialog dengan diri sendiri perlu disertai rasa sayang, sambil melukiskan kesuksesan yang akan diraih.

2. Buang jauh-jauh pikiran negatif yang berkembang dalam imajinasi. Bila tak ingin merasa bersalah, frustasi, atau ragu-ragu, Anda mampu, kok. Hanya Anda, dan tak seorang pun yang harus memutuskan apa yang nyaman untuk diri Anda. Sadarlah bahwa pikiran negatif dan kecemasan hanya akan mematikan langkah menuju pintu sukses.

3. Bergaulah dengan lingkungan yang menyebarkan atmosfer yang hangat dan membangun. Pikiran positif itu menjalar dan Anda pun akan terstimulasi untuk melakukan hal serupa.

4. Berolahraga. Aktifitas fisik akan membantu Anda menjadi manusia sportif dan percaya diri.

5. Banyaklah membaca buku atau kalimat yang memberi inspirasi tentang keindahan hidup, dengan ketenangan hati dan cinta kasih.

Jadi sekali lagi mari ingat
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. (Maz 133:1-3)

Best Regards
Jafeto


Dapatkan Artikel saya langsung ke email anda, masukkan email anda :


2 comments:

shirley said...

If we stop to jugde other, we will start to understand, and God can use us to change others life....this is a nice quote jave, ...., i like to add it to make it complete from both side..

...if we stop to judge ourselves, we will begin to learn, and God can create you further :)...

Yafet Daniel Kristian said...

Tq for the complete quote yah... Yes u're right we must stop judge our self Agree so true ^_^

© Jafeto, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena