Destined To Be Great

Thursday, February 26, 2009

Teori Pegas Bagi Hidup

1 Peter 5 : 6
Therefore humble yourselves [demote, lower yourselves in your own estimation] under the mighty hand of God, that in due time He may exalt you


Ada sebuah pegas disebuah rumah yang besar sekali... Pegas ini diletakkan di sebuah gudang bersama dengan perkakas-perkakas yang lain dirumah tersebut. Hari demi hari dia mulai mengenali semua teman-teman yang ada di dalam gudang tersebut.

Ada Tuan Sapu, yang tiap pagi dan sore diambil oleh sang pemilik untuk membersihkan halaman. Ada juga Nona Ember dan sahabatnya si gayung, disaat matahari akan terbenam sang pemilik rumah mengisi mereka dengan air dan mulai menggunakan untuk menyiram tananam.

Si Pegas merasa bingung karena diletakkan digudang dan dibiarkan saja. Tiap hari sang pemilik Rumah datang, yang dikerjakannya justru menambahi beban bagi si pegas. Dia merasa capek dan tidak berguna. Yang ingin ditunjukkannya adalah melakukan sesuatu yang berguna.

Si Pegas ini walaupun dia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan terhadap dirinya dia percaya pemiliknya adalah orang yang baik. Terbukti dia melihat setiap alat-alat yang ada di gudang dipergunakan dengan baik. Semakin hari dia semakin melihat dirinya mendapat beban yang semakin berat, tekanan yang semakin kuat dari beban yang ditanggungnya. Dia semakin tergencet dengan beban-beban tersebut.

Suatu hari sipemilik membawa seorang teman.
"Aku memiliki pegas terbaik yang bisa kamu pergunakan, setiap hari aku melatih kelenturannya dengan memberikan beban-beban yang semakin berat, agar dia bisa melontar dengan baik, dan setelah sekian lama aku memberikan beban, kurasa saat ini adalah waktunya bagi dia untuk dipergunakan"

Ternyata yang mengambil si pegas adalah seorang pemain sirkus. Dan sejak hari itu dia dipergunakan untuk tampil di pertunjukkan sirkus. Dia dipakai si pemain sirkus sebagai alat pelontar di sepatunya sehingga si pemain sirkus bisa meloncat dengan tinggi. Teman-teman si pegas sangat kagum dengan pegas dan mereka senang sekali bahwa si pegas sudah dipakai oleh seorang bintang pertunjukan.

Akhirnya si pegas menemukan bahwa beban-beban dan tekanan yang berat selama ini adalah latihan bagi dirinya supaya di bisa melontar dengan tinggi. Karena semakin dia lentur, semakin dia diberi tekanan, semakin pula dia bisa melontar dengan tinggi semakin tinggi dan sangat tinggi...

Pernahkan dalam hidup, kita merasa bahwa hidup kita semakin berat? Tekanan demi tekanan, masalah demi masalah mendera hidup kita dengan kuatnya.

Atau hal-hal yang sering kali saya dengar ketika sedang mengkonseling orang
"Dulu sebelum saya ikut Tuhan, hidup saya enak, saya santai-santai saja semua berjalan dengan baik. Tetapi mengapa justru ketika saya bersungguh-sungguh dengan Tuhan saya mengalami begitu banyak goncangan. Lebih baik saya tidak mengikut Tuhan kalau begitu"

Atau mungkin seperti saya kadang merasakannya, kadang saya merasa tidak percaya diri dengan kemajuan karir saya jika dibandingkan teman-teman seangkatan saya.
Saya melihat teman saya si A sudah pergi ke Vietnam untuk memimpin sebuah research disana, atau si B sekarang belajar di Cina untuk nantinya memulai bisnis di Indonesia. Dan masih ada lagi yang membuat saya tidak percaya diri. Ketika membandingkan diri dengan mereka saya merasa bahwa saya hanyalah seorang karyawan biasa, dengan gaji yang PAS ( tidak kurang atau lebih).

Tapi jika kita percaya dengan Bapa kita, hal-hal tersebut adalah caranya untuk mendidik dan melatih kita untuk menjadi pegas yang siap untuk dipakai. Kita dan pegas memiliki kesamaan, sadar atau tidak masalah dan tekanan yang kita hadapapi justru akan membuat potensi terbaik keluar dari hidup kita, sama seperti pegas yang makin ditekan akan makin terlontar dengan tinggi.

Sama seperti Yusuf, dimasukkan ke sumur, dijual jadi budak, di fitnah istri potifar, dipenjara di penjara istana, dilupakan oleh orang yang ia tolong... Itu merupakan tekanan bagi pegas kehidupannya... Tetapi saat Tuhan bertindak dalam waktu tidak sampai satu hari dia melontar jauh lebih tinggi dari semua orang-orang disekitarnya, bahkan dia menjadi orang kedua di mesir setelah Firaun...

Karena itu rendahkanlah diri kita di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya ia meninggikan kita pada waktunya.
“The ultimate measure of Man is not where he stands in moments of comfort and convenience, but where he stands at times of challenge and controversy.”
Martin Luther King, Jr. quotes (American Baptist Minister and Civil-Rights Leader. 1929-1968)

Jafeto-percaya-aku-akan-dibawa-tinggi-semakin-tinggi-bersamaMu



Komentar dan masukkan anda sangat saya harapkan. Leave comment please for my post.. Thx a lot

Dapatkan Artikel saya langsung ke email anda, masukkan email anda :



TRANSLATE TO ENGLISH

2 comments:

Anonymous said...

ohoho...bener jg ya....

Jafeto said...

apanya yang bener bang???
^_^

© Jafeto, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena