Destined To Be Great

Thursday, February 19, 2009

Gambar Diri

Gambar diri

Robert Schuller memberikan definisi tentang gambar diri dengan berkata begini:

“You are not what you think you are. You are not what other people think you are. You are what you think other people think you are.”

Terjemahan bebasnya begini:

“Kamu bukanlah apa yang kamu pikir tentang diri kamu. Kamu juga bukanlah apa yang orang lain pikir tentang diri kamu. Kamu adalah apa yang kamu pikir orang lain pikir tentang diri kamu.”

Rasanya mesti dibaca 3-4 kali untuk bisa mengerti maksud beliau ini….

Gambar diri adalah gambaran yang kita bentuk dan kita percayai tentang diri kita. Sekalipun itu adalah hasil dari penilaian diri kita, tetapi penilaian tersebut sangat amat dipengaruhi oleh apa yang kita pikir adalah penilaian orang lain tentang diri kita. Karena itu gambar diri adalah sesuatu yang subyektif (tergantung siapa yang melihat). Mungkin saya melihat diri saya sebagai orang yang payah. Orang lain melihat saya belum tentu demikian. Tapi saya merasa bahwa orang lain melihat saya payah. Penilaian saya tentang diri saya menjadi benar (paling tidak buat saya) karena saya MEMPERCAYAINYA.

Gambar diri mencakup pandangan kita tentang:

s Sifat dan kepribadian kita

s Kemampuan kita

s Kelebihan dan kekurangan diri kita, baik yang menyangkut fisik, kepintaran, dll.

Pandangan-pandangan ini selalu disertai oleh suatu unsur PENILAIAN.

Bagaimana gambar diri terbentuk?

Gambar diri adalah sesuatu yang berkembang dan dinamis. Penyebabnya adalah pengalaman kita dalam berhubungan dengan sesama manusia dan Pencipta kita. Dari sikap dan perlakuan orang lain terhadap kita terbentuklah gambar diri tersebut. Kalau pengalaman tersebut positif, maka terbentuklah gambar diri yang positif. Kalau negatif, terbentuklah gambar diri yang negatif. Tentu ada orang orang tertentu yang adalah pengecualian, tetapi secara umum inilah yang terjadi.

Pengalaman yang membentuk gambar diri:

s Hubungan dengan orang tua
Hubungan dengan orang tua sudah dimulai sewaktu anak masih janin dalam rahim ibunya. Apabila dalam periode tersebut si anak mengalami, umpama, percobaan pengguguran, atau penolakan dari orang tuanya, maka hal tersebut bisa berdampak kepada keadaan kejiwaan anak tersebut setelah dia lahir.
Hubungan dengan orang tua terus berlanjut setelah anak tersebut lahir. Pertanyaan pertanyaan berikut bisa memandu kita:

§ Apakah anda dicintai oleh orang tua?
Seorang anak yang menerima cinta dan kehangatan dari keluarganya akan merasa bahwa dia pantas dicintai. Begitu juga sebaliknya. Kalau anda tidak menerima cinta dari keluarga anda (atau MERASA tidak menerima), maka akan terbentuk suatu gambaran bahwa anda tidak pantas menerima cinta atau dicintai.

§ Apakah anda diterima?
Sewaktu anda berbuat salah atau konyol, apa reaksi orang tua? Apakah mereka bertindak seolah-olah anda bukan anak mereka? Reaksi orang tua memberitahu kita apakah kita diterima apa adanya atau tidak. Kalau reaksi orang tua sifatnya negatif, maka kita bisa mengalami penolakan, sesuatu yang paling menyakitkan dalam hidup manusia. Gambar diri yang negatif akan terbentuk dan kita hidup dengan bolong besar dalam jiwa kita.

§ Apakah anda menerima penghargaan, pujian?
Penghargaan dan pujian dari orang tua berpengaruh besar dalam membentuk gambar diri kita. Kalau yang diterima adalah kritik terus menerus, anda akan merasa tidak berharga dan gagal.

§ ‘Label’ apa yang anda terima?
Kata kata yang dipakai orang tua untuk menilai anak mereka sering kali ‘nempel’ dan diingat terus oleh si anak.
’Payah’
à anak membentuk gambar diri bahwa dia payah.
’Dasar tidak berguna’
à anak akan merasa dia memang tidak berguna.
’Bodoh/malas/berantakan/cengeng’ adalah kata kata yang sering dipakai untuk memberi ‘label’ pada anak.

§ Apa harapan (tuntutan/keinginan) orang tua terhadap anda?
Jika anda mempunyai orang tua yang terlalu menuntut atau standarnya terlalu tinggi, anda akan terbebani dengan tuntutan tersebut. Kalau anda tidak bisa memenuhi hal tersebut, anda boleh jadi akan merasa gagal dan tidak berguna.

s Hubungan dengan saudara kandung
Hubungan dengan saudara kandung, terutama dengan yang lebih tua, juga mempengaruhi pembentukan gambar diri kita. Pada masa kecil, saudara yang lebih tua biasanya menjadi teladan. Penerimaan dan kasih dari saudara kita berpengaruh besar pada kita.
Seringkali dalam satu keluarga ada anak yang dianggap favorit. Anak tersebut menjadi kebanggaan dan pembicaraan keluarga. Anak lain menjadi ‘tersisih’.

s Hubungan dengan teman sekolah dan guru
Pergaulan di sekolah mempunyai pengaruh besar dalam membentuk gambar diri seseorang, terutama di SMP dan SMA. Dalam umur remaja, seseorang mencari identitas diri. Biasanya dia menemukannya dalam kelompok sebaya. Kalau dia tidak diterima, hal ini mempengaruhi gambaran dia akan dirinya. Kalau dia sering menjadi bahan olok olok dan diberi ‘label’ tertentu, semakin rusaklah gambar dirinya.
Prestasi di sekolah berpengaruh dalam membangun gambar diri yang positif. Anak yang nilainya kurang memenuhi syarat atau tidak naik kelas akan membentuk gambar diri yang negatif.
Pandangan guru terhadap dia punya pengaruh yang mirip dengan pandangan orang tuanya.

s Teman sebaya dan masyarakat
Bagaimanakah pandangan masyarakat tentang seorang anak? Di beberapa budaya anak laki dianggap lebih berharga daripada anak wanita. Anak wanita akan merasa dirinya tidak berharga.

s Hubungan dengan TUHAN
Bagaimanakah pengalaman kita dengan Tuhan? Hal ini berpengaruh terhadap gambar diri kita. Pengalaman dengan Tuhan dan kepercayaan seseorang akan Firman-Nya akan mampu menghapuskan gambaran diri yang negatif dan memberikan gambaran diri yang positif.

Apa saja dampak dari gambar diri yang rendah/negatif?

L Kurang percaya diri dalam bergaul à minder/selalu merasa diri kurang dari yang lain

L Tampil berlebihan

L Cemas akan penampilan

L Hanya melihat sisi negatif dari diri sendiri

L Pengalaman negatif lebih diingat-ingat dan berdampak daripada pengalaman positif

L Memandang segala sesuatu dengan negatif

L Sangat sensitif dengan kritik atau segala sesuatu yang menyerupai kritik

L Tidak bisa menerima pujian, penghargaan atau kasih sayang.

L Perfeksionis

L Tidak bisa menerima penolakan yang ‘netral’



Sukirno Tarjadi





Komentar dan masukkan anda sangat saya harapkan. Leave comment please for my post.. Thx a lot

Dapatkan Artikel saya langsung ke email anda, masukkan email anda :



TRANSLATE TO ENGLISH

2 comments:

marionette said...

oooo ta kirain jafeto yg nulis
boleh copy paste di tempat lain ga?
nnati gw bilang credit to jafeto purposer

hehehehehhehe

Jafeto said...

ini tulisan guruku konseling...

^^

© Jafeto, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena